BANJARMASIN - Politisi muda dan tokoh warga Kalsel meminta Denny Indrayana berhenti membuat pernyataan-pernyataan bernada fitnah, mengadu domba dan meresahkan masyarakat Banua. Paling mutakhir, Denny mengatakan bahwa 70% pemilih di Banjarmasin ikut memilih kandidat kepala daerah dalam Pilkada karena uang atau disogok.
Pernyataan Denny itu disampaikan secara terbuka saat menjadi pembicara utama dalam diskusi ‘Demokrasi dalam Cengkeraman Oligarki’ yang digelar secara daring dan berpusat di Jakarta, Minggu (2/5/2021). Pernyataan Denny bahkan dikutip portal tempo.co dalam berita berjudul ‘Soal Pilkada Kalsel, Denny Indrayana: Pertarungan Duitokrasi Lawan Rakyatokrasi’.
“Saya mempertanyakan hasil survei yang diucapkan Prof Denny Indrayana bahwa 70% pemilih di Banjarmasin memilih kandidat kepala daerah karena uang. Apakah ada bukti survei yang valid mengenai isu ini? Saya harap jangan semakin membuat masyarakat bingung, tolong secepatnya diluruskan, ” kata Antung Riduan, politisi muda Kalsel, di Banjarmasin, Senin (3/5/2021).
Antung berharap agar Denny Indrayana tidak berasumsi berlebihan sehingga membuat masyarakat resah. “Sebab saya masih sangat percaya warga Banjarmasin atau Kalimantan Selatan saat ini tidak seperti yang dikatakan beliau, bahwa warga mencoblos di TPS hanya karena dapat duit. Itu pernyataan menghina warga Banjarmasin atau Kalsel, ” tegasnya.
Hal senada disampaikan Bahruddin Din Jaya, tokoh warga Jalan Kelayan A, Gang Cendrawasih, Banjarmasin, yang meminta Denny Indrayana berhenti membuat komentar-komentar yang tidak bermutu.
“Kita sangat sayangkan Denny Indrayana terus membuat komentar yang tidak jelas. Sekarang buat komentar A, besok buat komentar B, lusa komentar C yang nadanya justru meresahkan masyarakat Kalsel. Menyebut masyarakat Banjarmasin 70% ikut pemilu karena duit kan pernyataan yang kebablasan, ” kata Din Jaya geram.
Persoalannya, Denny yang melontarkan pernyataan-pernyataan seolah telah banyak terjadi penyelewengan, ternyata faktanya tak pernah melapor kepada pihak berwenang.
“Kalau memang ada bukti, laporakan kepada pihak berwenang. Lha Denny tidak pernah melapor ke berwenang, tapi terus keluarkan pernyataan-pernyataan yang mengadu domba masyarakat. Jangan jual kecap, kasihan masyarakat banua ini, ” tambahnya.
Menurut Din Jaya, sebagai ahli hukum Denny seharusnya melapor ke pihak berwenang jika ada pelanggaran hukum. “Pak Denny kan seorang profesor yang pasti wawasannya luar biasa. Seharusnya dia memberi contoh berpolitik dan berkontestasi secara santun dan beradab, ” keluhnya.
Din Jaya juga mengkritisi pernyataan Denny tentang buzzer di Kalsel yang berbayar antara Rp 600 juta sampai Rp 1 miliar.
“Laporkan ke polisi kalau memang ada. Pihak berwajib setahu saya punya cyber crime. Jadi kalau memang ada buzzer atau penebar hoax yang merusak dan mengadu domba, pasti segera ditangkap oleh polisi. Lha ini tidak melapor dan faktanya polisi tidak pernah menangkap buzzer di Kalsel, ” tegasnya.
Lebih jauh Din Jaya mengatakan, masyarakat sudah tahu bahwa Denny Indrayana panik karena sudah merasa bakal kalah melawan Paman Birin pada PSU Pilkada Kalsel, sehingga mengelurkan pernyataan-pernyataan membingungkan dan mengadu domba masyarakat.
“Masyarakat Kalsel tidak bodoh. Sudahlah Pak Denny, hentikan memfitnah dan mengadu domba masyarakat Kalsel. Kasihan masyarakat bawah yang pendidikan kurang pasti akan teguk komentar-komentar anda. Tapi bagi mayoritas masyarakat Kalsel, lawakan anda tidak laku!” pungkasnya. (MAS)